[ LARANG LATTO-LATTO DI SEKOLAH ]
Saya kaget membaca berita ini. Sudah banyak kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah yang melarang anak-anak membawa latto-latto ke sekolah. Sungguh konyol! Inilah bentuk keangkuhan pendidikan Indonesia, terlalu menutup diri dari hal terbaru di luar tembok sekolah. Kalaupun menerima semua cenderung terlambat.
Kalau hanya karena latto-latto berbahaya bisa menyebabkan cedera benjol di kepala, permain kasti, olahraga sepakbola dan volly di sekolah juga bisa menyebabkan cedera kok. Itu kalau sekolah tidak secara luga mendidik anak didiknya tentang keamanan bermain dan olahraga.
Ada juga alasan menolak latto-latto ini, karena gak punya nilai edukasi. Woowww, ini yang bebal dan banal siapa yah, sang kepala sekolah atau kepala dinas, atau pejabat level diatasnya lagi, pejabat di kementerian.
Bapak/Ibu yang terhormat, para pendidik bergelar. Coba amati dengan hati bersih pak, buka dengan kacamata proyek yah.. Tidakkah ada nilai pelajaran matematika, kimia, fisika, olahraga, musik dan budaya dalam permainan latto-latto itu. Cobalah arahkan anak-anak kita belajar menghitung berat massa dari 2 bola latto-latto itu, lalu hitung juga kecepatan pantulannya. Hitunglah berapa kali benturan 2 bola itu terjadi tiap detiknya? Hitung pula deviasi pantulan gagalnya dalam setiap 100 pantulan. Dengan mampu menghitung berat massa, tekanan gaya pantulan dari latto-latto ini, pelajar itu bisa loh menghitung, kapan bola itu akan aus, bahkan retak dan pecah. Hitung pula tingkat elastisitas tali latto-latto terhadap pergerakan konstantanya, ini bisaloh buat menghitung berapa lama daya tahan tali tersebut, bisa dipakai untuk berapa kali benturan?
Ajaklah pula anak-anak itu mengencerkan bola plastik polimer dengan tehnik pembakaran, biarkanlah mereka belajar dari situ. Berapa suhu yang dibutuhkan dan berapa lama waktunya. Setelah mengencerkan, ajak lagi mereka buat memadatkannya. Hemmm, niscaya makin banyak pelajaran yang didapatkan.
Jangan lupa, latto-latto dengan 2 bandulan plastik ini terbukti mampu alihkan anak-anak kita lepas dari mainan di gawai gengamnya. Bagi orang tua yang selama ini anaknya ketagihan gawai, latto-latto menjadi opsi murah meriah mengalihkan perhatian. Bukankah, jika tak dikendalikan secara baik, gawai menjadi momok menakutkan bagi perkembangan mental anak. Viralnya latto-latto, membuat para orang tua bisa bernapas lega sebab bisa melihat anaknya lebih "bergerak". Lihatlah, dengan latto-lattonya anak-anak kita menjadi mudah bergaul dengan siapapun, latto-latto menjadi bahasa universal mereka untuk mudah saling kenal.
Jadi plis, Bapak/Ibu Pendidik bergelar...
Janganlah terjebak pada sinisme media semata. Media yang semata-mata mengejar trafik kunjungan ke beritanya, demi menghamba pada angka klik dan tayangan di akun Google dan Youtuber Adsense-nya.
Tulisan oleh https://www.facebook.com/pembicarainternetmarketing.belajarbisnisonline
Itulah sebuah opini dari sisi lain melihat permainan latto latto yang dilarang di sekolah sekolah, memang akan ada selalu 2 perspektif yang berbeda dengan dikeluarkanya larangan latto latto di sekolah. Ada juga yang melihat secara positif dan juga secara negatif.
Latto latto sendiri merupakan permainan jadul yang pernah popoler di tahun 1980 di amerika, dan akhirnya dilarang, mungkin hasil kajian mudharat, dan potensi resiko nya lebih banyak dari manfaat nya. Seperti di USA, Mainan yg dikenal sebagai clackers ini sudah di banned sejak 1985 hingga kini blm dicabut.